Me'

Me'
Jogyakarta

Rabu, 19 Oktober 2011

Makalah Batu Ginjal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan sebagai batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal didalam ginjal,mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas dikaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau dikandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium fosfat,secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Dinegara maju seperti amerika serikat, eropa , Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai disaluran kemih baagian atas, sedang dinegara berkembang seperti india, Thailand, dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Didaerah semarang, sejak tahun 1979 proporsi batu ginjal dijumpai relative meningkat dibanding proporsi batu kandung kemih. Peningkatan kejadian batu pada saluran kemih bagian atas terjadi diabad ke-20, khususnya didaerah bersuhu tinggi dan dari Negara yang sudah berkembang. Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas dinegara berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi serta dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan per-kapita.
Dibeberapa rumah sakit di Indonesia dilaporkan ada perubahan proporsi batu ginjal dibanding batu saluran kemih bagian bawah. Dari hasil analisis jenis batu ginjal di laboratorium patologi klinik universitas Gadjah Mada skitar tahun 1964 dan 1974, dijumpai kenaikan proporsi batu ginjal dibanding proporsi batu kandung kemih. sekitar tahun 1964-1969 didapatkan proporsi batu ginjal sebesar 20% dan batu kandung kemih sebesar 80% tetapi pada tahun 1970-1974 batu ginjal sebesar 70% (101/144) dan batu kandung kemih 30% (43/144 batu).
Pada tahun 1983 dirumah sakit DR.Sardjito dilaporkan 64 pasien dirawat dengan batu saluran kemih, batu ginjal 75% dan batu kandung kemih 25%. Kejadian batu saluran kemih terdapat sebesar 57/10.000 pasien rawat inap. Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi batu dsaluran kemih sebesar 80/10.000 pasien rawat inap. Batu ginjal ditemukan 79 dari 89 pasien batu saluran kemih tersebut. Tampaknya proporsi batu ginjal relative stabil.
Dirumah sakit di Amerika Serikat kejadian batu ginjal dilaporkan sekitar 7-10 pasien untuk setiap 1.000 pasien rumah sakit dan insidensi dilaporkan 7-21 pasien untuk setiap 10.000 orang dalam setahun. Pengambilan batu tanpa operasi, dengan litotripsi (extra corporeal shockwave lithotripsy) atau penghancuran batu dilakukan pada beberapa pusat litotripsi.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Konsep dasar medis dan Konsep dasar Keperawatan Batu ginjal
Tujuan Khusus
Adapun tujan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui Definisi Batu Ginjal
2. Mahasiswa dapat mengetahui Klasifikasi Batu Ginjal
3. Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi Batu Ginjal
4. Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi Batu Ginjal
5. Mahasiswa dapat mengetahui Manifestasi Klinis Batu Ginjal
6. Mahasiswa dapat mengetahui Pemeriksaan diagnostik Batu Ginjal
7. Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan Batu Ginjal
8. Mahasiswa dapat mengetahui Komplikasi Batu Ginjal Batu Ginjal
9. Mahasiswa dapat mengetahui Pengkajian Batu Ginjal
10. Mahasiswa dapat mengetahui Diagnosa Keperawatan Batu Ginjal
11. Mahasiswa dapat mengetahui Intervensi keperawatan dan Rasional Batu Ginjal

















BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra.
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada dikaliks, infudibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada system pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis uretropelviks) mempermudah timbulnya batu saluran kemih.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltic otot-otot system pelvikalises dan turun keureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltic ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun kebulu-buli. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali berada diureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau hidronekrosis
2. Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik, meliputi:
a. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2. Faktor Ekstrinsik, meliputi:
a. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
e. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri : pola tergantung pada lokasi sumbatan.
b. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik. Nyeri hilang setelah batu keluar.
c. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan seperti saat turun keureter (kolik ureter)
d. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitits.
e. Sumbatan : batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih : demam dan menggigil.
f. Gejala gastrointestinal : meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak enak diperut berhubungan dengan refluks reointestinal dan penyebaran saraf (ganglion celiac) antara ureter dan intestine.

4. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemoh terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urin), yaitu system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna. Sriktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal- kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun anorganik yang terlalut didalam air urin. Kristal-kristal tersebut tetap dalam keadaan normal metastable(tetap terlarut) dan urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar, meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih, untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih. (membentuk pretense kristal) dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu pH larutan, adanya koloid didalam urin, konsentrasi solute didalam urin, laju aliran urin didalam saluran kemih, adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Lebih dari 18% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonum fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein dan batu jenis lainnya. Meskipun pathogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasananya asam, sedangkan batu magnesium amoniumfosfat terbentuk karena urin bersifat basah
5. Pemeriksaan Diagnistik
a. Pemeriksaan sedimen urine
Menunjukkan adanya leukositoria, hematuria,dan dijumpai Kristal-kristal pembentuk batu.
b. Pemeriksaan kultur urine
Menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
c. Pemeriksaan faal ginjal
Bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunana fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu jugga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai factor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar : Kalsium,oksalat,fosfat maupun urat didalam darah maupun dalam urin).
d. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radiopaq di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen)
e. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan system saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
f. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap kontras,faal ginjal yang menurun,dan pada wanita yang sedamh hamil.Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu diginjal,atau dibuli-buli(yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis,pionefrosis,atau pengkerutan ginjal. (Basuki B. Purnomo,hlmn 65-66)
6. Penatalaksanaan
Batu yang menimbulkan masalah pada saluran kemih secapatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan: obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadangkala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas tetapi diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat bersangkutan sedang menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparaskopi, atau pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5mm, diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
2. ESWL (extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertamakali oleh caussy pada tahun 1980.alat ini dapat memecah batu ginjal,batu ureter proksimal atau batu buli- buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan.batu dipecah menjadi fragmen- fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.tidak jarang pecahan – pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri colic dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu,dan kemudian mengeluarkan dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam,alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit(perkutan).proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik dengan memakai energy laser.beberapa tindakan endourologi itu adalah:
a. PNL(perkutaneus Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi kesistem kalises melalui insisi pada kulit.batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen- fragmen kecil
b. Litotripsi yaitu memecah batu buli –buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor)ke dalam buli- buli .pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator elik
c. Uretroskopi atau Uretero-Renoskopi yaitu memasukkan alat ureteroskopi peruretra guna melihat keadaan ureter atau system pielo-kaliks ginjal.dengan memakai energy tertentu,batu yang berada dalam ureter maupun system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uteroskopi atau uterorenoskopi ini
d. Extraksi Dormia yaitu mengeluarkan ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang dormia
4. Bedah laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
5. Bedah Terbuka
Diklinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi,laparaskopi,maupun ESWL, Pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka . Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal
Karena ginjalanya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun. (Basuki B. Purnomo,hlmn 65-66)
7. Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angaka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per Tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 Tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu salurran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa : (1) menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari. (2) diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu, (3) aktivitas harian cukup, dan (4) pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
(1) Diet tinggi sisa basa
Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu sistin dan asam urat. Komposisi makanan cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin. Nilai gizi yang harus diberikan adalah kalori sebanyak 2.006; protein 55 g: karbohidrat 317 g; kalsium 0,8 g; besi 19,3 g; vitamin A 12,912 SI; tiamin 1,2 mg; dan vitamin C 299 mg.
Makanaan yang boleh diberikan :
1. Sumber hidrat arang : nasi, maksimum ½ gelas sehari, roti 4 potong, kentang, ubi, singkong, kue dari tepung maizena, hunkwe, topioka, agar-aagar, selai, dan sirop
2. Sumber protein hewani : daging 50 gr atau telur 2 butir sehari dan susu.
3. Lemak : minyak, mentega, dan margarine.
4. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe, atau oncom 50 gr/hari.
5. Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300 gr/hari.
6. Buah0buahan : sari buah, the, kopi, dan coklat
(2) Diet rendah kalsium tinggi sisa asam
Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium ginjal. Asupan makanan yang baik untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah kalori, protein, zat besi, vitamin A, tiamin, dan vitamin C yang cukup dengan syarat jumlah cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium untuk menurunkan kadar kalsium dalam urine. Nilai gizi yang diberikan adalah kalori sebanyak 2.240, protein 63 g, lemak 54 g, karbohidrat 372 g, kalium 0,3 g, besi 16,8 mg, vitamin A 8.402 SI, tiamin 0,8 mg, dan vitamin C 130 mg.

Table
Diet rendah kalsium tinggi sisa asam
No Golongan Bahan Makanan Makanan yang
boleh diberikan Makanan yang tidak boleh Diberikan
1 Sumber Hidrat Arang Beras,roti,mie,makroni,dan tepung-tepungan Kentang,ubi,singkong,Biskuit
Dan kue-kue yang terbuat dari susu
2 Sumber Protein hewani Telur,daging,unggas,dan ikan tanpa tulang Susu,keju, udang,kepiting,ikan asin, sarden dan daging
3 Sumber protein nabati Tahu dan tempe maksimum 50gr/hari serta kacang-kacangan kering maksimum 25 gr/hari

4
Lemak
Minyak,mentega,dan
Margarine

5
Sayuran
Semua jenis sayuran, maksimum 200 gr/hari
Bayam,daun melinj,daun papaya daun lamtoro,daunt alas,daun katuk,daun kelor,jantung pisang,buah melinjo,sawi,dan leunca.

(3) rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.
(4) rendah purin.
Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu ginjal asam urat dan gout. Kadar purin makanan normal untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah 600-1000 mg/hari. Diet rendah purin mengandung 120-1150 mg purin, cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin, tinggi karbohidrat (karena karbohidrat membantu pengeluaran asam urat), sedang lemak (karena lemak cenderung menghambat pengeluaran asam urat), banyak cairan (untuk membantu mengeluarkan kelebihan asam urat).nilai gizi yang diberikan adalah kalori sebanyak 1.848; protein 51 gr; lemak 32 gr; karbohidrat 338 gr; kalsium 0,3 mg; besi 15,9 mg; vitamin A 8.642 SI; tiamin 0,8 mg; vitamin C 170 mg; dan purin 50-200 mg. (DR.Nursalam,M.Nurs,2006,hlmn 67)
8. Komplikasi
a. Sumbatan : akibat pecahan batu.
b. Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal.(DR.Nursalam,M.Nurs,2006,hlmn 67)
9. Penyimpangan KDM



























B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
a. Gejala:
a) Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
b) Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
c) Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama
2) Sirkulasi
a. Tanda:
a) Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
b) Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3) Eliminasi
a. Gejala:
a) Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
b) Penurunan volume urine
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih
d) Diare
b. Tanda:
a) Oliguria, hematuria, piouria
b) Perubahan pola berkemih
4) Makanan dan cairan:
a. Gejala:
a) Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
b) Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
c) Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
b. Tanda:
a) Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
b) Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan:
a. Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
b. Tanda:
a) Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
b) Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6) Keamanan:
a. Gejala:
a) Penggunaan alkohol
b) Demam/menggigil
7) Penyuluhan/pembelajaran:
a. Gejala:
a) Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
c) Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh pindahnya batu ditandai dengan
DS : Adanya nyeri
DO: Rasa tidak enak diperut,ekspresi wajah meringis, posisi menahan sakit, sulit tidur, dan istirahat dan berusaha mencari posisi untuk menghilangkan nyeri.
b. Gangguan Eliminasi urine berhubungan dengan sumbatan aliran urine oleh batu yang ditandai dengan:
DS : Adanya kesulitan untuk berkemih
DO: Sakit saat berkemih, urine tidak lancer dan hematuria
c. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) berhubungan dengan mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
DS : Tidak memahami mengenai Proses penyakitnya
DO : Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan

3. Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri
2. Ekspresi wajah rileks
3. Klien dapat tidur dan istirahat
Intervensi
I : Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar
R : Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas
I : Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.
R : Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.
I : Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
R : Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot
I : Bantu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung.
R : Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya
I : Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen
R : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut
I : Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
a. Analgetik
b. Antispasmodik
c. Kortikosteroid
R : Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental
a. Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.
b. Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu
Diagnosa keperawatan 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan aliran urine teratur, dengan criteria hasil
a. tidak adanya kesulitan berkemih
b.tidak sakit saat berkemih
c.urine lancar dan hematuria.
Intervensi :
I : Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.
R: Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
I : Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi
R : Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal
I : Dorong peningkatan asupan cairan
R : Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu
I : Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
R : Akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
I : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
R : Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
I : Berikan obat sesuai indikasi:
a) Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.
b) Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)
Mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium.
c) Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
Menurunkan pembentukan batu fosfat
d) Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
Menurnkan produksi asam urat.
e) Antibiotika
Mungkin diperlukan bila ada ISK
f) Natrium bikarbonat
Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu.
g) Asam askorbat
Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin
Diagnosa keperawatan 3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil :
a. Turgor kulit elastis
b. CRT <2 detik
c. Bibir lembab
Intervensi dan rasional
I : Awasi asupan dan haluaran
R : Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal
I : Catat insiden dan karakteristik muntah, diare
R : Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan lambung
I : Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari
R : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar
I : Awasi tanda vital.
R : Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
I : Timbang berat badan setiap hari
R: Peningkatan BB yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi
I : Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektroli
R: Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi
I : Berikan cairan infus sesuai program terapi
R: Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral tidak cukup)
I : Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien
R:Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi
I : Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin).
R : Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan mual/muntah
Diagnosa Keperawatan 4
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mengetahui mengenai penyakitnya dengan kriteria hasil :
a. Klien memahami mengenai proses penyakitnya
b. Klien mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan batu ginjal
Intervensi Keperawatan
I : Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari
R : Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu
I : Kaji ulang program diet sesuai indikasi
R : Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe batu yang ditemukan
I : Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas
R : Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu
I : Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)
R : Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya pembentukan batu diperlukan untuk memperoleh intervensi yang cepat sebelum timbul komplikasi serius
I : Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan kateter bila ada.
R : Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan meliputi : Pemeriksaan faal ginjal , Pemeriksaan kultur urine , Pemeriksaan sedimen urine , Ultrasonografi, Foto polos abdomen, Pielografi Intra Vena (PIV)
B. Saran
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa, namun penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya.
1. Untuk Dosen mata kuliah KMB III kami mengharapkan dapat disimpan di perpustakaan untuk bahan bacaan dan dijadikan literatur dalam pembuatan makalah selanjutnya.
2. Untuk Mahasiswa D III keperawatan UB kami mengharapkan makalah kami ini dapat dijadikan bahan bacaan yang menambah wawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar